Rahasia Perintah Mendirikan Sholat Langsung ke konten utama

Perintah Memelihara Sholat dan Khusyu’

1.              Perintah Memelihara Sholat dan Khusyu’ حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قَانِتِيْنَ Peliharalah segala sholat (mu), dan (peliharalah) Sholat wusthaa.*) dan berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu’. (QS. Al-Baqarah [2]: 238)

Rahasia Perintah Mendirikan Sholat

Rahasia Perintah Mendirikan Sholat


قُلْ لِعِبَادِيَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا يُقِيْمُوا الصَّلَا ةَ وَيُنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلانِيَةً مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خِلَالٌ

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan sholat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi atau pun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan. (QS. Ibrahim [14]: 31)

Pada ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin agar mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan baik, yang dapat membahagiakan manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi. Perbuatan-perbuatan itu ialah :

1.             Melaksanakan sholat.

2.             Menginfakkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah SWT.

Allah SWT memerintahkan kepada kaum Muslimin mendirikan sholat, karena sholat itu tiang agama, sebagaimana sabda Nabi SAW.

اَلصَّلاَ ةُ عِمَادُ الدِّيْنِ فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ اَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ (رواه البيهقي عن عمر بن الخطاب)

Shalat itu adalah tiang agama, barang siapa yang mendirikannya, maka sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkannya, maka sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama. (HR. Al-Baihaqi dari Umar bin al-Khattāb)

Seseorang yang taat dan selalu melaksanakan shalat sesuai dengan ajaran Al-Qur'an adalah orang yang suci jasmani dan rohaninya, karena sholat itu mencegah orang yang mengerjakannya melakukan perbuatan keji dan perbuatan yang terlarang, sebagaimana firman Allah SWT.

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ 

... dan laksanakanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (al-Ankabut [29]: 45)

Dan firman Allah SWT,

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكّٰىۙ   ١٤  وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهٖ فَصَلّٰىۗ   ١٥ 

Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia sholat. (al-A‘la [87]: 14-15)

Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab Allah SWT di hari kiamat ialah sholat. Jika baik sholat seorang hamba, maka baiklah perbuatannya, sebaliknya jika buruk sholatnya atau tidak mengerjakannya, maka buruk dan rusak pulalah seluruh pahala amalnya yang lain.

Rasulullah SAW bersabda:

أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَ ةُ فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ. (رواه الطبراني عن أنس بن مالك)

Perbuatan hamba yang pertama kali dihisab Allah pada hari kiamat ialah sholat. Maka jika baik amalan sholat itu, baik pulalah seluruh amalnya, dan jika rusak amalan sholat itu, rusak pulalah seluruh amalnya. (HR. ath-Thabrāni dari Anas bin Malik)

Bahkan Allah SWT menegaskan, bahwa orang yang selalu mengerjakan sholat itu adalah orang yang menjadi pewaris surga Firdaus di akhirat, sebagaimana firman-Nya:

وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلٰى صَلَوٰتِهِمْ يُحَافِظُوْنَ ۘ  ٩  اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْوَارِثُوْنَ ۙ  ١٠  الَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْفِرْدَوْسَۗ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ   ١١ 

Serta orang yang memelihara sholatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (al-Mu'minun [23]: 9-11)

Melaksanakan sholat berarti mengerjakan sholat terus-menerus, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan agama, lengkap dengan syarat-syarat dan rukun-rukunnya, disertai dengan khusyu’ dan ikhlas.

Allah SWT juga memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menginfakkan sebagian harta yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada mereka, sebelum datang hari kiamat, yaitu hari ketika semua pintu tobat telah ditutup, tidak satu dosa pun yang dapat ditebus, walaupun ditebus dengan emas sepenuh bumi. Tidak ada lagi seorang teman karib yang dapat menolong dan tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dan memberikan bantuan termasuk anak-anak dan cucu-cucu. Allah SWT berfirman:

فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَّلَا مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ 

Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kamu maupun dari orang-orang kafir. (al-Hadid [57]: 15)

Dan firman Allah SWT:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ  ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ 

Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zalim. (al-Baqarah [2]: 254)

Orang-orang yang terlepas dari azab hari kiamat itu hanyalah orang-orang yang selama hidup di dunia mengerjakan amal-amal sholeh, senang bersedekah, sehingga hatinya suci dan bersih serta ridlo terhadap apa yang diberikan Allah SWT kepadanya nanti. Allah SWT berfirman:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ ۙ    ٨٨  اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ ۗ   ٨٩ 

(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (asy-Syu’araa’ [26]: 88-89)

Senang menginfakkan harta merupakan pencerminan dari kepribadian muslim yang sesungguhnya, sebagai seorang yang telah menyerahkan diri, harta, dan kehidupannya kepada agama, semata-mata untuk mencari keridaan Allah SWT. Perbuatan itu juga merupakan perwujudan dari rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat-Nya yang tidak terhingga banyaknya. Terhadap orang yang mensyukuri nikmat, Allah SWT akan menambah nikmat lebih banyak dari nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya.

Sebaliknya sifat tidak senang menginfakkan sebagian harta yang telah dianugerahkan Allah SWT adalah pencerminan pribadi orang-orang yang ingkar kepada Allah SWT dan rasul-Nya serta pencerminan dari rasa ingkar terhadap nikmat Allah SWT. Mereka merasa bahwa segala yang mereka peroleh itu semata-mata karena hasil jerih payahnya sendiri. Dengan sikap yang demikian berarti mereka telah zholim terhadap dirinya sendiri. Akibat zholim terhadap dirinya sendiri, maka ia tidak lagi mendapat tambahan nikmat dari Allah SWT, bahkan ia akan ditimpa azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Zholim terhadap orang lain ialah ia tidak mau memberikan atau mengeluarkan hak orang lain yang ada dalam hartanya. Zholim kepada masyarakat yang ada di sekitarnya ialah mengganggu kepentingan dan hubungan baik yang telah dijalin dalam masyarakat.

Bahkan dari ayat ini dipahami bahwa orang yang kikir dan tidak mau membelanjakan sebagian hartanya itu adalah orang yang congkak dan sombong. Karena merasa dirinya telah mampu mengatasi segala macam kesulitan yang dihadapinya, termasuk kesulitan dan malapetaka yang akan menimpanya di hari kiamat nanti. Mereka merasa tidak lagi memerlukan tambahan nikmat dan pertolongan Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.

Menginfakkan harta dalam agama Islam ada beberapa bentuk:

1.        Membelanjakan harta untuk nafkah diri sendiri, anak-anak, kerabat, dan istri;

2.        Menginfakkan harta untuk menunaikan kewajiban, seperti zakat harta dan zakat fitrah;

3.        Menginfakkan harta untuk infak sunah.

Membelanjakan harta untuk nafkah istri, kerabat, dan untuk menunaikan nafkah wajib, merupakan suatu kewajiban yang ditetapkan agama atas orang-orang yang beriman, dan ketentuan-ketentuannya tersebut di dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Nabi SAW. Sedang infak sunnah yang diberikan untuk kepentingan umum dan untuk meninggikan kalimat Allah SWT dikategorikan sebagai amal jariah, yaitu infak atau amal yang tidak akan putus pahalanya, walaupun orang yang memberi infak itu telah meninggal dunia, selama infak itu memberikan manfaat.

Pemberian infak wajib, infak sunah, dan nafkah itu haruslah diiringi dengan niat yang ikhlas, semata-mata dilakukan untuk mencari keridloan Allah SWT, terjauh dari sifat ria, ingin dipuji dan disanjung oleh sesama manusia. Karena itu Allah SWT menyerahkan kepada manusia bagaimana cara sebaiknya memberi harta itu kepada orang yang berhak menerimanya, sehingga membuahkan pahala dari sisi Allah SWT. Jika ia khawatir akan timbul rasa ria dalam hatinya, maka ia boleh memberikan harta itu secara sembunyi, tidak diketahui orang. Bila ingin perbuatannya ditiru orang lain, maka ia boleh pula memberikan hartanya itu dengan terang-terangan.

Hendaklah kaum Muslimin ingat bahwa harta itu pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Dianugerahkan-Nya harta kepada manusia agar mereka dapat melaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah SWT selama mereka hidup di dunia. Oleh karena itu, jika seseorang telah memperoleh harta dan telah melebihi keperluannya, hendaklah diinfakkan kepada yang berhak menerimanya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perintah Memelihara Sholat dan Khusyu’

1.              Perintah Memelihara Sholat dan Khusyu’ حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قَانِتِيْنَ Peliharalah segala sholat (mu), dan (peliharalah) Sholat wusthaa.*) dan berdirilah karena Allah (dalam sholatmu) dengan khusyu’. (QS. Al-Baqarah [2]: 238)

SING PENTING [tetap] SHOLAT ...

SING PENTING [tetap] SHOLAT ... Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang melimpahkan bagi penulis rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan kecil ini.  Sholawat dan salam dihaturkan untuk junjungan Nabi Muhammad SAW, semoga tulisan ini dapat membuat penulis mendapatkan syafa'at beliau SAW baik di dunia maupun di akhirat. Perkelahian terbesar bagi seorang hamba adalah perkara sholat.  Barang siapa yang bisa menjaganya, maka diizinkan pula perkara agamanya.  Mengembalikan, barangsiapa yang meremehkan perkara sholat, maka kerugian dunia akhirat yang akan diterima.  Karena itu, jika seseorang memperhatikan ibadah sholatnya, maka terpeliharalah segala amal perbuatan lainnya.  Namun, jika seseorang itu melalaikan perkara sholatnya, maka rusak amal lainnya, atau kurangi nil...